Thursday, October 5, 2017

Mengapa Video dari TV Broadcaster terlihat Jelek di Youtube

Ini pertanyaan yang sering muncul. Banyak stasiun-stasiun TV sekarang upload video mereka ke youtube. Namun apabila ada gerakan tampak gambar seperti "bersisir". Kita tahu bahwa video-video lain di youtube kualitas bagus, dan tidak nampak gambar "bersisir". Kenapa ini bisa terjadi?

Perhatikan video berikut pada 2 menit awal. Cukup lihat di 2 menit awal saja (jangan lupa video nya di zoom sehingga full screen ya...).



Terlihat sekali gambar "bersisir" nya bukan? Dan mengganggu kan? Hehehe...

Tetapi wait... Kenapa kalau video orang pribadi pakai kamera iPhone atau Android, di upload ke youtube tidak kelihatan efek "sisir" nya. Videonya bagus. Kok kalah sih kamera segede gaban punya wartawan TV sama kamera iphone?

SEMUA BERSUMBER DARI KAMERA PEREKAM

Sekarang TV sudah canggih sudah full HD, bahkan sudah 4K. Namun kalau TV canggih tsb memutar video di youtube yang berasal dari statiun TV, maka walaupun gambar tajam, tapi kalau ada gerakan cepat akan tampak efek sisir (combing efect).

Kalau di baca spek TV-TV sekarang sewaktu mau beli TV di Mall, walaupun TV sudah TV digital namun tetap mereka cantumkan tentang PAL dan NTSC.

Loh.. loh.. PAL dan NTSC kan analog?

Kenapa masih mencantumkan ini?

Jawabannya adalah: memang TV sekarang dirancang utamanya untuk memutar content video digital. Namun ada teknologi analog yaitu interlaced yang tetap dibawa ke dunia digital. Disamping itu jika dijual di negara yang siaran TV nya masih analog, maka TV nya masih ada interface analog (BNC) dengan kabel coaxial melintang ke atap rumah terhubung ke Antena PF-5000 (orang sebut antena Mandra).

TV sekarang rata-rata LED/LCD smart TV. Bisa terhubug ke Internet dan bisa memutar video dari youtube.  Video dari youtube pasti file video digital (mp4, codec h264 standar digital), tapi.... sumber kamera video itu dibuat menggunakan standar analog atau tidak? Disini rupanya jadi soal.

Jadi walau yang diputar video dari youtube, tetap saja terlihat ada efek sisir.

Ada 3 hal di dunia analog PAL dan NTSC yang dibawa ke dunia digital yaitu:
1. Scanning gambar interlace (bukan progresive) baik untuk PAL maupun NTSC
2. Resolusi gambar fix, NTSC 525 line, PAL 625 line
3. Frame rate fix, NTSC 60 Hz (60 field per second, atau 30 frame persecond) sedangkan PAL 50 Hz (50 field per second atau 25 frame per second)

Nah, kamera-kamera yang dipakai oleh wartawan-wartawan TV kadang di setting untuk:
1. Scanning interlace, karena stasiun TV nya mancar masih UHF Analog PAL
2. Harus milih 50 Hz scanning

Sehingga video yang di ambil pakai settingan tsb, waktu dijadikan video digital (di encoding ke digital) maka ada dua pilihan di convert ke misal 480i, atau 480p. Namun apapun pilihannya karena sumber nya adalah interlace (dimana video interlace ini pasti akan ada efek "sisir") maka apabila video tsb di play tetap saja kita lihat efek sisir ini.

Jadi sudah masalah dari awal pengambilan video nya.

(Catatan: biasanya liputan live yang diupload ke youtube yang sangat terlihat efek interlacenya. Tapi video yg sifatmya tapping biasanya sudah progresive dan sebelum di siarkan secara analog akan di convert ke interlace. Itulah sebabnya video tappimg bila diupload ke youtube tidak terlihat efek sisirnya)

Lalu yang jadi pertanyaan: kenapa sih waktu merekam, camera nya di set saja merekam secara progressive? Kan hasilnya bakal bagus tuh.. Tidak ada efek sisir...

Jawabnya begini. Kamera yang merekam secara progressive, hasil video analog nya tidak bisa disiarkan oleh perangkat siar analog (PAL misalkan). Kita tahu bahwa di negara kita migrasi ke siaran TV digital belum terlaksana secara penuh. Sehingga semua TV FTA (Free To Air) seperti 11 TV Nasional Indonesia itu, perangkat siar nya masih analog PAL. Oleh karena itu wartawan mereka "terpaksa" merekam dalam format interlace.

Kalau begitu apa keuntungan interlace?

Kalau kejelekannya sudah dibahas bahwa ada efek sisir. Tapi keuntungannya bagi stasiun TV analog adalah bandwdith analog yang diperlukan untuk transmisi siaran analog lebih sedikit jika dilakukan interlace. Tapi wait... Sebenarnya kalau dihitung-hitung sama sama aja sih bandwidthnya.

Karena:

Analog PAL itu di transmisikan 50 field per second (interlaced) ini sama dengan 25 frame per second (progressive). Dengan resolusi gambar yang sama, maka bandwidth transmisi yang dibutuhkan akan sama baik dengan progresive maupun interlace. Namun ada keuntungan interlace ini. Sebuah penelitian mengatakan mata manusia akan merasa peralihan gambar smooth kalau pergantian gambar terjadi 43 kali per detik (43Hz). Dengan menggunakan interlace pada PAL pergantian gambar (walau hanya separo gambar, yaitu garis genap saja, atau garis ganjil saja) akan terjadi 50 pergantian gambar tiap detik. Sehingga akan terlihat lebih smooth.

Practically hanya itu keuntungannya sih...

Lalu, bagaimana ke depan?

Banyak yang memprediksikan bahwa apabila siaran FTA TV Analog di semua negara di dunia ini sudah di matikan dan sudah beralih ke transmisi TV Digital, maka ke depan tidak ada lagi perangkat kamera yang akan merekam gambar dalam format interlace.

KAMERA dan YCbCr

Kamera walaupun digital tetap akan mengolah gambar video pada domain YCbCr. Konsep perakaman dalam YCbCr ini sebenarnya dibawa dari dunia analog. Sewaktu TV hitam putih analog berubah jadi TV berwarna analog. Ini terkait warna (RGB atau YCbCr) bukan scanning (interlace atau progressive).

Kamera sekarang pun bekerja bedasarkan komposisi warna YCbCr ini. Codec gambar JPEG diolah bedasarkan komposisi warna YCbCr ini. Lebih jauh di artikel ini dijelaskan.

No comments: