Friday, February 24, 2017

DWDM Intro

INTRO TO DWDM

Faktor-faktor dalam design Fiber Optic Network:
1. Panjang kabel
2. Jumlah core
3. Type cable: G-652 (SMF-28), G.653 (DSF), G.655 (NZDSF)
4. Type penggelaran: KU atau KT
5. Kapasitas EoL: berapa lambda, berapa kapasitas

 Panjang Gelombang yang digunakan




Untuk GPON: menggunakan Band 1310
- 1490 nm TX OLT (tx 0 dbm, rx -27 dBm class B+)
- 1310 nm TX ONT (tx 0 dbm, rx -27 dBm class B+)
- 1550 nm TX OLT RF Overlay (C-Band) (tx 0 dbm, rx -26 dBm)

850 nm banyak digunakan pada LAN (Multimode), sedangkan untuk DWDM menggunakan C-Band 1530 nm - 1565 nm.



 Sistem DWDM terdiri dari komponen:

1. Transponder : mengubah siyal baseband (grey lambda) yaitu keluaran dari Router 850nm menjadi color lambda C-band

2. Muxponder: gabungan dari banyak grey lambda misak koneksi ke beberapa router, dijadikan satu color lambda.

3. Optical Multiplexer: pasive device biasanya berisi prisma, dari beberapa color lambda (channel1, channel2, dst sampai 40 atau 80 channel) di satukan oleh prisma, dan keluran prisma ini di sambung ke core fiber Out Site Plant.

Konfigurasi Drop dan Insert berada di Optical Mux ini. Konfigurasi ini bisa by software yang disebut ROADM (Reconfiigurable Optical Ad Drop Multiplexer).

4. DCM: Dispersion Compensation Module: apabila menggunakan Amplifier (EDFA) diperlukan DCM, untuk menormalisasi kembali color lambda color lambda.

5. Amplifier berjenis EDFA, dan biasanya ditambahkan dengan RAMAN


EDFA bekerja mirip sperti Audio Amplifier. EDFA di pasang di Transmiting Site dan Receiving Site.

Kadang EDFA ini masih kurang, maka biasanya di receiving site perlu ditambahkan RAMAN.




RAMAN dipasang disisi penerima. RAMAN harus di sambung ke kabel tidak boleh ada connector, sepanjang sampai 50km. Karena power yang dikirim raman akan memperkuat sinyal lambda 1, lambda 2, lambda 3 spt yang ada di gambar. Pada sisi penerima dipasang EDFA dan DCM. Disisi pengirim pun dipasang EDFA untuk memperkuat siyal yang akan dikirim. Karena pakai EDFA saja (tidak ada RAMAN) disisi pengirim, maka boleh ada OTB atau junction connector. Dimana OTB ini bisa dipakai nanti untuk external OTDR kalau FO putus.

Apabila ada RAMAN, maka akan ada modul OPM (Optical Power Module), dimana OPM ini apabila mendeteksi tidak ada cahaya (karena fiber cut) dari transmitting site, maka di akan menshutdown RAMAN. Ini agar splicing dapat dilakukan. Apabila kabel sudah menyambung kembali, power on RAMAN perlu dilakukan manual lewat EMS.

Istilah-istilah lain:

OST: Optical Service Termination, yaitu suatu lokasi yang ada servicenya, artinya di site tsb dipasang seperangkat transponder agar bisa di hubungkan ke perangkat DTE spt Router atau Switch.

OLA: Optical Line Amplifier, yaitu suatu lokasi yang tidak ada servicenya, artinya disana tidak ada Transponder maupun Optical Mux, namun hanya ada Ampifier, berupa EDFA dan DCM.

FOADM: Fixed Optic Ad Drop Multiplexer, yaitu suatu lokasi yang mana output dari Optical Mux dipilih salah satu lambda, lalu di masukkan ke EDFA untuk dikirim ke kota berikutnya. Output ini di fix kan (dipermanenkan) secara manual menggunakan patch cord cable. Berbeda dengan ROADM (Reconfigurable) OADM, dimana lambda yang mau dikeluarkan ke kota selanjutnya dapat di pilih by software.

No comments: